Malam ini aku baru saja pulang bekerja, seperti biasa sangat melelahkan, poin paling penting dari perjalanan pulang tadi adalah kesunyian dan kesepian. Seringkali aku merasakan kesepian dibalut kesunyian, mungkin karena kehidupanku sekarang ini tidak lagi bersama keluarga, rasanya ketika pulang bekerja ingin sekali membawakan makanan, atau gembolan kresek entah itu apa, yang penting barang atau makanan untuk ibuku dirumah, tetapi semuanya sangat sukar dilakukan. Terkadang aku merasa iri dengan keutuhan keluarga diluaran sana, meskipun beban yang mereka pikul sangat berat, tetapi semuanya akan terobati ketika berpulang ke rumahnya, bercengkrama bersama setelah seharian beraktivitas, hangat rasanya.
Untuk kehidupan berkeluarga, bekerja menjadi sebuah keharusan mutlak. Karena kebutuhan berbagai finansial sandang maupun pangan harus tercukupi. Terlepas mau apapun pekerjaannya asalkan sebanding dengan biaya hidup. Tapi apakah pekerjaan menjadi prioritas seseorang? Entahlah. Aku sering berpikir disaat perjalanan pulang ketika selesai bekerja, sebenarnya apa tujuan hidup dari setiap individu? Apakah itu harta? Apakah itu tahta? Atau mungkin hanya mengikuti pattern pada umumnya? Aneh rasanya hidup cuman begitu-begitu saja. Menurutku semuanya perlu diperjuangankan, akan tetapi perjuangan tak melulu harus mengorbankan. Aku ingin tahu isi kepala semua orang yang berlalu lalang di jalanan perihal kehidupannya. Apa mereka sama sepertiku berjuang demi cita-cita? Atau hanya sekadar mencukupi mandat finansial kehidupan?
Aku sadar betul bahwa hidupku sangat berambisi. Ingin mengejar ini, ingin menggapai itu, tapi dari sifat ambisi ini pemikiranku hanya tertuju pada satu klimaks pencapaian saja, sisi lain dari prosesnya di kesampingkan, hidupku terasa begitu-begitu saja, membosankan lama-lama. Otakku di pekerjakan paksa oleh nafsu. Ya, nafsu duniawi! Apapun itu apabila dibarengi nafsu mungkin terasa tidak khidmat. Karena fitrahnya manusia adalah kesabaran, tidak harus dengan nafsu. Terlalu ambisius ini menjadikan pribadiku sering tidak percaya diri, dikarenakan ketakutan tujuan tidak sesuai dengan keinginan. Tujuan hidup itu penting agar kita tak salah arah, tetapi manusia hanya bisa merencanakan dan berusaha saja, selebihnya Allah-lah yang memutuskan, Allah itu tau mana yang kita butuhkan dan mana yang diinginkan. So, Allah tidak akan mungkin salah mengambil keputusan. Idealis itu perlu, tetapi sesuaikan dengan realistis.
Turun temurun kemungkinan pattern kehidupan sama saja seperti itu-itu saja. Sekolah-kuliah-bekerja-nikah-punya anak. Apa tidak bosan dengan berkehidupan begitu-gitu saja? Lalu proses perjalanannya terabaikan. Semua orang pasti ingin sukses dalam kehidupannya, tetapi secara tidak sadar jatuhnya lebih ke hal duniawi saja, karena fokusnya hanya dengan urusan dunianya saja. Kita lupa bahwa pencapaian bisa diraih karena kesabaran, dan kenikmatan, dan yang pasti ada turut andil semesta, Tuhan sekalian alam, Allah swt. Semua orang berlomba-lomba dalam dunia, hingga menghalalkan berbagai cara. Manusia di negeri ini memang lucu-lucu. Sebagian besar karena ingin pengakuan saja. Tingkatan level society menjadi ajang gengsi. Sakit kah society di negeri tercinta ini?
Aku banyak sekali mendapatkan poin dalam berambisi, yang paling utama adalah berambisi sah-sah saja, asalkan tidak melupakan bahwa kita manusia hidup di dunia ini hanya sebentar, cuman numpang lewat saja. Ambisi duniawi akan tercapai apabila kita meminta ijin kepada yang punyaNya. Aku percaya bahwa seorang yang berjuang dalam kehidupan akan mendapatkan timbal balik sepadan, kenikmatan duniawi akan terasa nanti setelah proses perjuangan, karena dibalik perjuangan pasti ada kemerdekaan, keringat perjuangan sekarang ini akan indah pada waktunya, insha Allah.
Untuk kehidupan berkeluarga, bekerja menjadi sebuah keharusan mutlak. Karena kebutuhan berbagai finansial sandang maupun pangan harus tercukupi. Terlepas mau apapun pekerjaannya asalkan sebanding dengan biaya hidup. Tapi apakah pekerjaan menjadi prioritas seseorang? Entahlah. Aku sering berpikir disaat perjalanan pulang ketika selesai bekerja, sebenarnya apa tujuan hidup dari setiap individu? Apakah itu harta? Apakah itu tahta? Atau mungkin hanya mengikuti pattern pada umumnya? Aneh rasanya hidup cuman begitu-begitu saja. Menurutku semuanya perlu diperjuangankan, akan tetapi perjuangan tak melulu harus mengorbankan. Aku ingin tahu isi kepala semua orang yang berlalu lalang di jalanan perihal kehidupannya. Apa mereka sama sepertiku berjuang demi cita-cita? Atau hanya sekadar mencukupi mandat finansial kehidupan?
Aku sadar betul bahwa hidupku sangat berambisi. Ingin mengejar ini, ingin menggapai itu, tapi dari sifat ambisi ini pemikiranku hanya tertuju pada satu klimaks pencapaian saja, sisi lain dari prosesnya di kesampingkan, hidupku terasa begitu-begitu saja, membosankan lama-lama. Otakku di pekerjakan paksa oleh nafsu. Ya, nafsu duniawi! Apapun itu apabila dibarengi nafsu mungkin terasa tidak khidmat. Karena fitrahnya manusia adalah kesabaran, tidak harus dengan nafsu. Terlalu ambisius ini menjadikan pribadiku sering tidak percaya diri, dikarenakan ketakutan tujuan tidak sesuai dengan keinginan. Tujuan hidup itu penting agar kita tak salah arah, tetapi manusia hanya bisa merencanakan dan berusaha saja, selebihnya Allah-lah yang memutuskan, Allah itu tau mana yang kita butuhkan dan mana yang diinginkan. So, Allah tidak akan mungkin salah mengambil keputusan. Idealis itu perlu, tetapi sesuaikan dengan realistis.
Turun temurun kemungkinan pattern kehidupan sama saja seperti itu-itu saja. Sekolah-kuliah-bekerja-nikah-punya anak. Apa tidak bosan dengan berkehidupan begitu-gitu saja? Lalu proses perjalanannya terabaikan. Semua orang pasti ingin sukses dalam kehidupannya, tetapi secara tidak sadar jatuhnya lebih ke hal duniawi saja, karena fokusnya hanya dengan urusan dunianya saja. Kita lupa bahwa pencapaian bisa diraih karena kesabaran, dan kenikmatan, dan yang pasti ada turut andil semesta, Tuhan sekalian alam, Allah swt. Semua orang berlomba-lomba dalam dunia, hingga menghalalkan berbagai cara. Manusia di negeri ini memang lucu-lucu. Sebagian besar karena ingin pengakuan saja. Tingkatan level society menjadi ajang gengsi. Sakit kah society di negeri tercinta ini?
Aku banyak sekali mendapatkan poin dalam berambisi, yang paling utama adalah berambisi sah-sah saja, asalkan tidak melupakan bahwa kita manusia hidup di dunia ini hanya sebentar, cuman numpang lewat saja. Ambisi duniawi akan tercapai apabila kita meminta ijin kepada yang punyaNya. Aku percaya bahwa seorang yang berjuang dalam kehidupan akan mendapatkan timbal balik sepadan, kenikmatan duniawi akan terasa nanti setelah proses perjuangan, karena dibalik perjuangan pasti ada kemerdekaan, keringat perjuangan sekarang ini akan indah pada waktunya, insha Allah.

Komentar