Semua orang mempunyai perspektif berbeda-beda akan harga diri, mungkin lebih ke tingkatan jabatan atau pengetahuanlah seseorang akan lebih dihargai. Aku ambil contoh seorang manajer dari sebuah perusahaan pastilah mempredikati dirinya mempunyai pandangan untuk lebih dihargai, atau seorang intelektual karena memiliki pengetahuan dan ilmu lebih dari yang lainnya. Lalu bagaimana kita menghargai seorang PSK? apakah mereka-mereka patut untuk dihargai?
Pandangan setiap orang terhadap PSK mungkin seringkali dipandang sebelah mata, karena mereka menjual tubuhnya dengan harga yang bisa dibilang sangat murah. Tapi kita kesampingkan dulu soal stigma buruk terhadap PSK. Karena mereka yang memilih terjun kepada dunia gelap gempita ini mempunyai alasannya masing-masing.
Di era milenial ini sering terjadi pelecehan-pelecehan dalam bidang pekerjaan, pelecehan disini Non fisik yang berarti tidak ada kontak fisik. Berbagai bidang dalam hal pelayanan mungkin menjadi sorotanku untuk artikel ini, karena dibidang inilah orang sering memandang sebelah mata akan pekerjaannya. Ketika di Mall kita sering melihat seorang office boy dengan gigihnya selalu mengepel lantai-lantai yang dikiranya kotor, seorang pelayan di minimarket yang selalu tersenyum ketika dihujat oleh konsumen, pelayan restoran yang setia menyambut konsumennya, bahkan seorang pramugari yang tak kenal lelah dengan segala speaking cautionnya. Pekerjaan-pekerjaan tersebut adalah jasa pelayanan, yang pastinya pelayanan harus diberikan penuh terhadap konsumen.
Aku sekarang ini bekerja di minimarket, yang notabene segala sesuatu menyangkut dengan pelayanan. Minimarket adalah pasar modern, pastilah berbeda dengan pasar tradisional, katakanlah dalam hal kebersihan tempatnya, bahkan dari ketersediaan barangnya pun minimarket selalu terkontrol. Transaksinya pun berbeda, minimarket mempunyai kasir yang siap melayaninya. Disaat transaksilah konsumen sering komplain, mau itu dengan harga, mengenai promo, bahkan sampai komplain dengan keadaan tokonya. Disinilah seorang kasir harus bisa menangani komplain dari konsumen, yang tentunya perlu keahlian dalam speaking, intinya sih harus ekstra sabar. Setiap konsumen pasti berbeda-beda, kita perlu memahaminya, lalu apakah si konsumen bisa memahami seorang kasir atau kita sebut karyawan toko ini? 75% si konsumen hanya memandang kami seorang pelayan sama halnya seperti pelayan pada peradaban kuno. Harga dirinya di kesampingkan karena derajatnya mungkin berbeda. Derajat yang mana? entahlah, manusia hanya digelapkan dengan harta dan tahta, itu semua hanya menghilangkan naluri sebagai manusiawi. Mungkin karena kami bangsa Indonesia yang telah terbiasa dengan jajahan pada masa lampau, menjadikan budaya masyarakat sekarang berpikiran kolonialis, yang berkedudukanlah patut di hormati. Kita lupa bahwa negri ini sudah lama di proklamirkan. Kebebasan telah lahir dari tangan seorang pejuang, lalu sampai kapankah? manusia hanya memandang dari segi status sosialnya saja, apakah hal duniawi sudah menyesatkan perspektif manusia? lalu lupa bahwa manusia adalah makhluk simbiosis mutualisme.
Sampai kapan negri ini dijajah oleh bangsa sendiri? ketika bidang pekerjaan dibeda-bedakan, status sosial menjadi tolak ukur. Menurutku semua pekerjaan sama saja, karena suatu pekerjaan yang dikerjakan itu adalah pekerjaan orang yang sedang kita kerjakan. Katakanlah sistem perusahaan, karyawan hanya bekerja untuk pemilik perusahaan tersebut, seorang pegawai negri yang bekerja untuk pemerintah. Pekerjaan apapun sama saja, mekanismelah yang menjadi pembeda. Mulailah menghargai seseorang tanpa melihat latar belakangnya, karena tujuan kita semua sama, berproses untuk hidup, setalah itu pulang ditelan bumi. Terkadang apa yang kita lakukan hari ini tidak langsung membuahkan hasil, bersabarlah karena yang kita kerjakan saat ini akan membuahkan hasil dimasa depan. Tetap semangat, panjang umur perjuangan!
Pandangan setiap orang terhadap PSK mungkin seringkali dipandang sebelah mata, karena mereka menjual tubuhnya dengan harga yang bisa dibilang sangat murah. Tapi kita kesampingkan dulu soal stigma buruk terhadap PSK. Karena mereka yang memilih terjun kepada dunia gelap gempita ini mempunyai alasannya masing-masing.
Di era milenial ini sering terjadi pelecehan-pelecehan dalam bidang pekerjaan, pelecehan disini Non fisik yang berarti tidak ada kontak fisik. Berbagai bidang dalam hal pelayanan mungkin menjadi sorotanku untuk artikel ini, karena dibidang inilah orang sering memandang sebelah mata akan pekerjaannya. Ketika di Mall kita sering melihat seorang office boy dengan gigihnya selalu mengepel lantai-lantai yang dikiranya kotor, seorang pelayan di minimarket yang selalu tersenyum ketika dihujat oleh konsumen, pelayan restoran yang setia menyambut konsumennya, bahkan seorang pramugari yang tak kenal lelah dengan segala speaking cautionnya. Pekerjaan-pekerjaan tersebut adalah jasa pelayanan, yang pastinya pelayanan harus diberikan penuh terhadap konsumen.
Aku sekarang ini bekerja di minimarket, yang notabene segala sesuatu menyangkut dengan pelayanan. Minimarket adalah pasar modern, pastilah berbeda dengan pasar tradisional, katakanlah dalam hal kebersihan tempatnya, bahkan dari ketersediaan barangnya pun minimarket selalu terkontrol. Transaksinya pun berbeda, minimarket mempunyai kasir yang siap melayaninya. Disaat transaksilah konsumen sering komplain, mau itu dengan harga, mengenai promo, bahkan sampai komplain dengan keadaan tokonya. Disinilah seorang kasir harus bisa menangani komplain dari konsumen, yang tentunya perlu keahlian dalam speaking, intinya sih harus ekstra sabar. Setiap konsumen pasti berbeda-beda, kita perlu memahaminya, lalu apakah si konsumen bisa memahami seorang kasir atau kita sebut karyawan toko ini? 75% si konsumen hanya memandang kami seorang pelayan sama halnya seperti pelayan pada peradaban kuno. Harga dirinya di kesampingkan karena derajatnya mungkin berbeda. Derajat yang mana? entahlah, manusia hanya digelapkan dengan harta dan tahta, itu semua hanya menghilangkan naluri sebagai manusiawi. Mungkin karena kami bangsa Indonesia yang telah terbiasa dengan jajahan pada masa lampau, menjadikan budaya masyarakat sekarang berpikiran kolonialis, yang berkedudukanlah patut di hormati. Kita lupa bahwa negri ini sudah lama di proklamirkan. Kebebasan telah lahir dari tangan seorang pejuang, lalu sampai kapankah? manusia hanya memandang dari segi status sosialnya saja, apakah hal duniawi sudah menyesatkan perspektif manusia? lalu lupa bahwa manusia adalah makhluk simbiosis mutualisme.
Sampai kapan negri ini dijajah oleh bangsa sendiri? ketika bidang pekerjaan dibeda-bedakan, status sosial menjadi tolak ukur. Menurutku semua pekerjaan sama saja, karena suatu pekerjaan yang dikerjakan itu adalah pekerjaan orang yang sedang kita kerjakan. Katakanlah sistem perusahaan, karyawan hanya bekerja untuk pemilik perusahaan tersebut, seorang pegawai negri yang bekerja untuk pemerintah. Pekerjaan apapun sama saja, mekanismelah yang menjadi pembeda. Mulailah menghargai seseorang tanpa melihat latar belakangnya, karena tujuan kita semua sama, berproses untuk hidup, setalah itu pulang ditelan bumi. Terkadang apa yang kita lakukan hari ini tidak langsung membuahkan hasil, bersabarlah karena yang kita kerjakan saat ini akan membuahkan hasil dimasa depan. Tetap semangat, panjang umur perjuangan!

Komentar