Langsung ke konten utama

Broken Home | Sharing #3

Sebenernya definisi broken home secara umum itu seperti apa? Apakah selalu tentang kerusakan keluarga? Apakah itu perceraian? Apa mungkin sekadar hilangnya quality time dalam sebuah keluarga? Semua memang benar, semuanya relatif tergantung sudut pandang saja. Lalu apakah selalu dikaitkan dengan hal negatif? sebenarnya tergantung pula bagaimana orang menyikapinya, tak melulu akan hal negatif.

Aku tidak setuju terhadap orang yang hanya menilai broken home itu sebuah kerusakan, yang hanya melihat dari satu sudut pandang saja. tapi memang tak bisa dinyana bahwa broken home memang tak baik, terhadap kelangsungan hidup anaknya kelak. Ya, anaklah yang menjadi korban. Dia pula yang merasakan pahitnya itu semua. Di waktu dekat mungkin hal ini tak bisa diterima oleh seorang anak, yang menjadikan sianak lebih brutal, lebih tak terkontrol seperti biasanya. Ini memang wajar, karena memang ini sebagai bentuk protesnya. Hingga seiring waktu mungkin si anak bisa mengambil pelajaran dari semua itu, karena setiap problematika pasti terdapat hikmah yang dapat diambil, tergantung bagaimana orang itu menyikapinya.

Aku mengalami pula fase keterlibatan masalah ini. Ya, aku adalah korban perceraian kedua orangtuaku, aku tidak bisa memaksakan kehendaku untuk tetap utuh. Karena keputusan sudah diambil, karena mungkin menurut mereka inilah jalan keluar yang paling bijak, walaupun tidak untuku. Masalah ini akan menjadi sebuah fase dimana orang biasa menyebutnya "perjuangan". Aku sangat-sangat bersyukur karena dari situlah jalan pemikiranku berubah, tentunya kearah yang lebih baik.

Aku ingin berbagi sedikit pengalamanku ini. Oke! Bayangkan, ketika kelulusan sekolah, dimana semua siswa merayakan kemenangannya, ada rasa kebebasan disitu untuk para siswa yang telah lulus. Dimana kelulusan menjadi momen yang paling menyenangkan. Lain halnya denganku, ketika itu dihadapkan pada klimaks problematika keluarga. Ya, perceraian! Kala itu  mungkin teman-teman seangkatan sudah mengkomunikasikan kepada orangtuanya, perihal dimana dia ingin melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi kepada orangtuanya. Tapi aku memilih pergi dari semua itu, merelakan semua keinginanku lebur.

Pembentukan diri  dimulai dari sini, dikala hidup seorang diri, berjuang kembali akan skema yang telah kuatur sendiri diwaktu dulu, dengan keringatku sendiri tentunya. Bukan orangtuaku tak mampu, tetapi dengan keringat sendiri apapun menjadi berarti. Banyak nilai positif untuku akan hal ini. Mungkin pemikiranku selangkah lebih maju dari yang lainnya, karena hari-hariku selalu dengan perjuangan, tak melulu meratapi nasib, yang ada ucap syukur selalu terucap. Malah dengan keadanku sekarang ini ambisiku lebih kuat, berproses dengan pengalamanku sendiri.

Manusia mempunyai masalahnya masing-masing, tapi tunggu dulu, masalah bisa hadir dikarenakan manusia itu sendiri, lain halnya dengan takdir, itu semua sudah garis yang ditentukan  oleh yang maha kuasa, sebenernya takdir  bisa berubah oleh manusia itu sendiri, tinggal memilih mau mengikuti pola hidup konvensional pada umumnya, atau memilih menjadi abnormal. Intinya kelangsungan hidup kelak tergantung apa yang ditanam sekarang. Aku yakin selagi berusaha, bersabar, dan bertawakal, Tuhan pasti memberikan jalan untuku. Tak mengapa berkeluh, asalkan tetap mendayuh, karena semua akan indah pada waktunya.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Simbolik Merubah Daya Nalar / Manipulator Estetika

     "Enam tahun berlalu, dan rasanya seperti dua kehidupan yang berbeda." Nggak nyangka juga, akhirnya nulis lagi di blog ini—yang entah bagaimana masih bertahan meski pemiliknya sibuk survive dan belajar jadi manusia. Dalam enam tahun terakhir, karier naik turun kayak roller coaster, dan perjalanan batin? hhmm... sangat mengesankan. Tapi justru dari situ semua, banyak hal tumbuh… pelan-pelan, dalam diam, tapi nyata. Jadi, tulisan ini semacam sapaan hangat dari versi diriku yang sekarang—lebih lelah, tapi juga lebih paham arah.       Ada getaran batin ketika meng-klik thumbnail salah satu video yang baru saja ku tonton. Itulah yang aku rasakan saat menonton yang entah kenapa, hadir di waktu yang begitu tepat. Bukan tayangan viral atau konten sensasi. Tapi sebuah suguhan yang penuh makna, menggali akar sejarah, spiritualitas, dan jati diri bangsa. Ini sebuah pengingat sunyi namun kuat, bahwa kita—sebagai anak-anak Nusantara—telah terlalu lama berpa...

Diskusi Alam | Sharing #17

Adakah satu saja langkah dalam perjalanan panjang dan berbelok ini, antara aksi dan reaksi perihal kepastian? Yang mana tidak melakukan aksi, hanya menunggu reaksi tanpa kita proses mekanismenya? Kurasa tidak ada, bahkan proses keajaiban pun memerlukan prosesi yang sangat panjang, tak lain proses sebab akibat yang ditimbulkan si penerima keajaiban. Ditempatku duduk sekarang ini, tepat di tepian pantai pukul 20.30 waktu setempat, ada keajaiban jiwa yang sangat kontras ketimbang saat menyeruput kopi di penginapan tadi. Ombakpun seolah membuka diskusi dengan suara gemuruhnya. Sang ombak membuka pernyataan melalui aksi reaksi ditepian pantainya yang saling mencumbui hingga bibir pantai, sang angin menambahkan melalui kelembutan terpaan yang ditimbulkannya, bahkan tuan langit tidak ingin ketinggalan dengan diskusi menarik ini, sang langitlah yang paling mendominasi diantara yang lainnya. Gulita adalah pernyataannya, yang mempengaruhi aksi reaksi yang ditimbulkan alam, pernyataan paling komp...

Jaringan Makna | Sharing #18

    Bagian favorit dalam buku Homo Deus Masa Depan Umat Manusia  "Jaringan Makna"  halaman 165. Dan, ...      Orang kesulitan memahami ide tentang "tatanan yang diimajinasikan" karena mereka berasumsi bahwa hanya ada dua jenis realitas: realitas objektif dan realitas subjektif. Dalam realitas objektif sesuatu ada secara independen dari keyakinan dan perasaan kita. Gravitasi, misalnya, adalah sebuah realitas objektif. Ia ada jauh sebelum Newton, dan ia berdampak pada orang-orang yang mempercayainya.      Sebaliknya, realitas subjektif bergantung pada keyakinan dan perasaan personal saya. Misalnya, saya merasakan nyeri yang hebat di kepala dan pergi ke dokter. Dokter memeriksa saya dengan teliti, tetapi tak menemukan masalah apa pun. Maka, dia mengirim saya untuk tes darah, air seni, DNA, X-ray, electrocardiogram, scan fMRI dan banyak lagi prosedur lainnya. Ketika hasilnya datang, dia memberitahu bahwa saya sehat sempurna, dan saya bisa...