Sebenernya definisi broken home secara umum itu seperti apa? Apakah selalu tentang kerusakan keluarga? Apakah itu perceraian? Apa mungkin sekadar hilangnya quality time dalam sebuah keluarga? Semua memang benar, semuanya relatif tergantung sudut pandang saja. Lalu apakah selalu dikaitkan dengan hal negatif? sebenarnya tergantung pula bagaimana orang menyikapinya, tak melulu akan hal negatif.
Aku tidak setuju terhadap orang yang hanya menilai broken home itu sebuah kerusakan, yang hanya melihat dari satu sudut pandang saja. tapi memang tak bisa dinyana bahwa broken home memang tak baik, terhadap kelangsungan hidup anaknya kelak. Ya, anaklah yang menjadi korban. Dia pula yang merasakan pahitnya itu semua. Di waktu dekat mungkin hal ini tak bisa diterima oleh seorang anak, yang menjadikan sianak lebih brutal, lebih tak terkontrol seperti biasanya. Ini memang wajar, karena memang ini sebagai bentuk protesnya. Hingga seiring waktu mungkin si anak bisa mengambil pelajaran dari semua itu, karena setiap problematika pasti terdapat hikmah yang dapat diambil, tergantung bagaimana orang itu menyikapinya.
Aku mengalami pula fase keterlibatan masalah ini. Ya, aku adalah korban perceraian kedua orangtuaku, aku tidak bisa memaksakan kehendaku untuk tetap utuh. Karena keputusan sudah diambil, karena mungkin menurut mereka inilah jalan keluar yang paling bijak, walaupun tidak untuku. Masalah ini akan menjadi sebuah fase dimana orang biasa menyebutnya "perjuangan". Aku sangat-sangat bersyukur karena dari situlah jalan pemikiranku berubah, tentunya kearah yang lebih baik.
Aku ingin berbagi sedikit pengalamanku ini. Oke! Bayangkan, ketika kelulusan sekolah, dimana semua siswa merayakan kemenangannya, ada rasa kebebasan disitu untuk para siswa yang telah lulus. Dimana kelulusan menjadi momen yang paling menyenangkan. Lain halnya denganku, ketika itu dihadapkan pada klimaks problematika keluarga. Ya, perceraian! Kala itu mungkin teman-teman seangkatan sudah mengkomunikasikan kepada orangtuanya, perihal dimana dia ingin melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi kepada orangtuanya. Tapi aku memilih pergi dari semua itu, merelakan semua keinginanku lebur.
Pembentukan diri dimulai dari sini, dikala hidup seorang diri, berjuang kembali akan skema yang telah kuatur sendiri diwaktu dulu, dengan keringatku sendiri tentunya. Bukan orangtuaku tak mampu, tetapi dengan keringat sendiri apapun menjadi berarti. Banyak nilai positif untuku akan hal ini. Mungkin pemikiranku selangkah lebih maju dari yang lainnya, karena hari-hariku selalu dengan perjuangan, tak melulu meratapi nasib, yang ada ucap syukur selalu terucap. Malah dengan keadanku sekarang ini ambisiku lebih kuat, berproses dengan pengalamanku sendiri.
Manusia mempunyai masalahnya masing-masing, tapi tunggu dulu, masalah bisa hadir dikarenakan manusia itu sendiri, lain halnya dengan takdir, itu semua sudah garis yang ditentukan oleh yang maha kuasa, sebenernya takdir bisa berubah oleh manusia itu sendiri, tinggal memilih mau mengikuti pola hidup konvensional pada umumnya, atau memilih menjadi abnormal. Intinya kelangsungan hidup kelak tergantung apa yang ditanam sekarang. Aku yakin selagi berusaha, bersabar, dan bertawakal, Tuhan pasti memberikan jalan untuku. Tak mengapa berkeluh, asalkan tetap mendayuh, karena semua akan indah pada waktunya.
Aku tidak setuju terhadap orang yang hanya menilai broken home itu sebuah kerusakan, yang hanya melihat dari satu sudut pandang saja. tapi memang tak bisa dinyana bahwa broken home memang tak baik, terhadap kelangsungan hidup anaknya kelak. Ya, anaklah yang menjadi korban. Dia pula yang merasakan pahitnya itu semua. Di waktu dekat mungkin hal ini tak bisa diterima oleh seorang anak, yang menjadikan sianak lebih brutal, lebih tak terkontrol seperti biasanya. Ini memang wajar, karena memang ini sebagai bentuk protesnya. Hingga seiring waktu mungkin si anak bisa mengambil pelajaran dari semua itu, karena setiap problematika pasti terdapat hikmah yang dapat diambil, tergantung bagaimana orang itu menyikapinya.
Aku mengalami pula fase keterlibatan masalah ini. Ya, aku adalah korban perceraian kedua orangtuaku, aku tidak bisa memaksakan kehendaku untuk tetap utuh. Karena keputusan sudah diambil, karena mungkin menurut mereka inilah jalan keluar yang paling bijak, walaupun tidak untuku. Masalah ini akan menjadi sebuah fase dimana orang biasa menyebutnya "perjuangan". Aku sangat-sangat bersyukur karena dari situlah jalan pemikiranku berubah, tentunya kearah yang lebih baik.
Aku ingin berbagi sedikit pengalamanku ini. Oke! Bayangkan, ketika kelulusan sekolah, dimana semua siswa merayakan kemenangannya, ada rasa kebebasan disitu untuk para siswa yang telah lulus. Dimana kelulusan menjadi momen yang paling menyenangkan. Lain halnya denganku, ketika itu dihadapkan pada klimaks problematika keluarga. Ya, perceraian! Kala itu mungkin teman-teman seangkatan sudah mengkomunikasikan kepada orangtuanya, perihal dimana dia ingin melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi kepada orangtuanya. Tapi aku memilih pergi dari semua itu, merelakan semua keinginanku lebur.
Pembentukan diri dimulai dari sini, dikala hidup seorang diri, berjuang kembali akan skema yang telah kuatur sendiri diwaktu dulu, dengan keringatku sendiri tentunya. Bukan orangtuaku tak mampu, tetapi dengan keringat sendiri apapun menjadi berarti. Banyak nilai positif untuku akan hal ini. Mungkin pemikiranku selangkah lebih maju dari yang lainnya, karena hari-hariku selalu dengan perjuangan, tak melulu meratapi nasib, yang ada ucap syukur selalu terucap. Malah dengan keadanku sekarang ini ambisiku lebih kuat, berproses dengan pengalamanku sendiri.
Manusia mempunyai masalahnya masing-masing, tapi tunggu dulu, masalah bisa hadir dikarenakan manusia itu sendiri, lain halnya dengan takdir, itu semua sudah garis yang ditentukan oleh yang maha kuasa, sebenernya takdir bisa berubah oleh manusia itu sendiri, tinggal memilih mau mengikuti pola hidup konvensional pada umumnya, atau memilih menjadi abnormal. Intinya kelangsungan hidup kelak tergantung apa yang ditanam sekarang. Aku yakin selagi berusaha, bersabar, dan bertawakal, Tuhan pasti memberikan jalan untuku. Tak mengapa berkeluh, asalkan tetap mendayuh, karena semua akan indah pada waktunya.

Komentar