Langsung ke konten utama

Estetika Ramadan | Sharing #10

Ramadan kali ini aku sangat bersyukur atas rahmat yang telah Tuhan berikan kepadaku, karena masih bisa merasakan keberkahan didalamnya. Ramadan tahun ini adalah Ramadan ke duaku menjalankan puasa seorang diri, memasak untuk sahur, dan menyiapkan untuk berbukapun kusiapkan sendiri. Miris? Iya miris. Kenapa tidak cepat menikah saja? Biar tidak semiris itu. Tenang sajalah, terlalu cepat itu tidak baik, toh perjalanan masih panjang, tak melulu tentang pernikahan. Lagian untuk saat ini aku masih menikmati masa perjuanganku sebagai anak kost.

Di bulan suci ini, seluruh umat muslim yang ada di dunia menjalankan kewajibannya untuk berpuasa, tiap-tiap negara mempunyai kebiasaannya masing-masing terhadap bulan Ramadan ini. Kekhasan tiap-tiap negara mempunyai ciri khusus. Dan di Indonesia ini kekhasan di bulan Ramadannya sangat-sangat kental akan kehangatannya. Kekhasan Ramadan di Indonesia ini akan menjadikan momen yang sangat dirindukan, dan waktu yang sangat dinantikan, karena di Indonesia kami melaksanakan ibadah puasa dengan rasa ketenangan, beda rasanya di Negara konflik seperti Palestina, Yaman, Rohingya maupun Suriah. Mereka yang menjalankan puasa Ramadan tidak memiliki ketenangan layaknya kita yang bisa menjalankan tanpa hambatan apapun. Maka dari itu kita sebagai muslim di Indonesia patut bersyukur atas nikmat yang telah tuhan berikan untuk negeri kita ini.

Keberkahan Ramadan tidak hanya dirasakan oleh umat muslim saja, orang-orang Non Islam pun ikut merasakannya. Mereka menggunakan momentum ini untuk berjualan sandang maupun pangan, di bulan ini pula mereka merasakan kenaikan drastis dibandingkan bulan-bulan yang lalu. Ini membuktikan bahwa keberkahan Ramadan bisa dinikmati oleh semua orang, tanpa pandang bulu. Bahkan untuk tukang parkir pun mendapatkan banyak keberkahan di dalam bulan suci Ramadan ini. Kehangatan di dalam keluarga pun dirasa menjadi lebih dekat, seolah menjadi momentum untuk memperbaiki kebiasaan yang jarang dilakukan di bulan-bulan yang lain, seperti halnya makan bersama, ataupun cuman sekadar berkumpul bercanda ria. Di bulan ini semua rumah menjadi hangat, berkumpul bersama untuk santap sahur, ditambah lagi dengan tayangan televisi yang khas di bulan Ramadan, tak jarang dalam momentum ini terjadi gelak tawa bersama, pun diwaktu berbuka. Ah indahnya Ramadan di negeri ini. Semoga mereka saudara-saudara kita yang menjalankan puasa Ramadan di negara konflik, maupun di negara yang menjadi minoritas diberikan kekuatan, dan keteguhan untuk menjalankan puasa Ramadan ini, semoga puasa kita juga tidak bolong-bolong oleh godaan dibalik tirai yang bergelantungan kaki, dan jangan lupa bersyukur.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Simbolik Merubah Daya Nalar / Manipulator Estetika

     "Enam tahun berlalu, dan rasanya seperti dua kehidupan yang berbeda." Nggak nyangka juga, akhirnya nulis lagi di blog ini—yang entah bagaimana masih bertahan meski pemiliknya sibuk survive dan belajar jadi manusia. Dalam enam tahun terakhir, karier naik turun kayak roller coaster, dan perjalanan batin? hhmm... sangat mengesankan. Tapi justru dari situ semua, banyak hal tumbuh… pelan-pelan, dalam diam, tapi nyata. Jadi, tulisan ini semacam sapaan hangat dari versi diriku yang sekarang—lebih lelah, tapi juga lebih paham arah.       Ada getaran batin ketika meng-klik thumbnail salah satu video yang baru saja ku tonton. Itulah yang aku rasakan saat menonton yang entah kenapa, hadir di waktu yang begitu tepat. Bukan tayangan viral atau konten sensasi. Tapi sebuah suguhan yang penuh makna, menggali akar sejarah, spiritualitas, dan jati diri bangsa. Ini sebuah pengingat sunyi namun kuat, bahwa kita—sebagai anak-anak Nusantara—telah terlalu lama berpa...

Diskusi Alam | Sharing #17

Adakah satu saja langkah dalam perjalanan panjang dan berbelok ini, antara aksi dan reaksi perihal kepastian? Yang mana tidak melakukan aksi, hanya menunggu reaksi tanpa kita proses mekanismenya? Kurasa tidak ada, bahkan proses keajaiban pun memerlukan prosesi yang sangat panjang, tak lain proses sebab akibat yang ditimbulkan si penerima keajaiban. Ditempatku duduk sekarang ini, tepat di tepian pantai pukul 20.30 waktu setempat, ada keajaiban jiwa yang sangat kontras ketimbang saat menyeruput kopi di penginapan tadi. Ombakpun seolah membuka diskusi dengan suara gemuruhnya. Sang ombak membuka pernyataan melalui aksi reaksi ditepian pantainya yang saling mencumbui hingga bibir pantai, sang angin menambahkan melalui kelembutan terpaan yang ditimbulkannya, bahkan tuan langit tidak ingin ketinggalan dengan diskusi menarik ini, sang langitlah yang paling mendominasi diantara yang lainnya. Gulita adalah pernyataannya, yang mempengaruhi aksi reaksi yang ditimbulkan alam, pernyataan paling komp...

Jaringan Makna | Sharing #18

    Bagian favorit dalam buku Homo Deus Masa Depan Umat Manusia  "Jaringan Makna"  halaman 165. Dan, ...      Orang kesulitan memahami ide tentang "tatanan yang diimajinasikan" karena mereka berasumsi bahwa hanya ada dua jenis realitas: realitas objektif dan realitas subjektif. Dalam realitas objektif sesuatu ada secara independen dari keyakinan dan perasaan kita. Gravitasi, misalnya, adalah sebuah realitas objektif. Ia ada jauh sebelum Newton, dan ia berdampak pada orang-orang yang mempercayainya.      Sebaliknya, realitas subjektif bergantung pada keyakinan dan perasaan personal saya. Misalnya, saya merasakan nyeri yang hebat di kepala dan pergi ke dokter. Dokter memeriksa saya dengan teliti, tetapi tak menemukan masalah apa pun. Maka, dia mengirim saya untuk tes darah, air seni, DNA, X-ray, electrocardiogram, scan fMRI dan banyak lagi prosedur lainnya. Ketika hasilnya datang, dia memberitahu bahwa saya sehat sempurna, dan saya bisa...