Langsung ke konten utama

Dikejar Deadline | Sharing #9

Sadarkah kita mengenai kebiasaan buruk menunda-nunda pekerjaan dan tugas akan menjadikan boomerang buruk untuk kita sendiri? Yang seharusnya kita kerjakan di jauh-jauh hari, tapi malah santai menunggu waktu yang sangat mepet untuk mengerjakannya. Aku jadi sadar orang-orang bisa mengerjakan sesuatu apabila ada didalam tekanan, entah apapun bentuk tekanannya, mau tidak mau harus menyelesaikannya. Kata-kata Dikejar Deadline sebetulnya tidak mesti keluar dari mulut kita apabila kita sudah me-manage waktu dengan baik. Kebanyakan dari kita menundanya karena deadline masih lama, dan faktor paling merusak dalam hal ini adalah malas.

Selasa kemarin adalah waktuku untuk review paper materi kenaikan jabatan di kantor cabang perusahaan, kami biasa menyebutnya assesment. Entah mengapa, dalam sidang kemarin pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penguji serasa rumit sekali, setelah selesai sidangpun aku sangat amat tidak merasa puas, Mungkin karena paperku yang selesai di H-1 review, ini menjadi inti permasalahannya. Padahal penguji sudah mengingatkan satu bulan sebelumnya, dengan santainya aku menenangkan diri sendiri "santai aja, waktu review masih lama". Dasar pemalas.

H-1 kupergunakan dengan sebaik-baiknya untuk membaca kembali isi paperku ini, sistem kebut semalam kujalani dengan paksaan dan penuh tekanan, karena ini bukan lagi menyangkut nilai, tapi ini menyangkut pekerjaanku kedepannya. Apabila tidak lulus dalam review ini, kontrak kerjaku akan selesai, dan mau tidak mau harus mencari pekerjaan lain. inilah dunia kerja.

Setelah review, aku sangat menyesal, karena sidang tidak berjalan dengan lancar. Kenapa tidak dipersiapkan dengan matang! Ah sudahlah, ini sudah terlanjur. Dari kejadian ini aku belajar betapa sangat pentingnya peranan me-manage waktu. Waktu adalah uang, waktu sangat berharga, dan saat ini aku tidak menghargai waktu, Sial! Kebiasaan buruk ini harus dilawan, atau malah bisa menjadi boomerang buruk bagi diri sendiri.

Kebiasaan buruk sekecil apapun apabila sering dilakukan pasti akan menjadi terbiasa, dan inilah budaya anak muda pada jaman sekarang ini. Semoga kebiasaan buruk tidak terus menjadi penghambat untuk melangkah lebih jauh.

Apapun hasilnya nanti, itu pasti jalan terbaik untukku, karena aku percaya Tuhan punya rencana lain untukku. Tuhan pasti punya skenario lain dibalik suatu hal, mungkin saja apa yang aku harapkan bukan jalan untukku, dan Tuhan sudah merencanakan suatu hal yang indah untukku. Stay positive, God is with those who are patient.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Simbolik Merubah Daya Nalar / Manipulator Estetika

     "Enam tahun berlalu, dan rasanya seperti dua kehidupan yang berbeda." Nggak nyangka juga, akhirnya nulis lagi di blog ini—yang entah bagaimana masih bertahan meski pemiliknya sibuk survive dan belajar jadi manusia. Dalam enam tahun terakhir, karier naik turun kayak roller coaster, dan perjalanan batin? hhmm... sangat mengesankan. Tapi justru dari situ semua, banyak hal tumbuh… pelan-pelan, dalam diam, tapi nyata. Jadi, tulisan ini semacam sapaan hangat dari versi diriku yang sekarang—lebih lelah, tapi juga lebih paham arah.       Ada getaran batin ketika meng-klik thumbnail salah satu video yang baru saja ku tonton. Itulah yang aku rasakan saat menonton yang entah kenapa, hadir di waktu yang begitu tepat. Bukan tayangan viral atau konten sensasi. Tapi sebuah suguhan yang penuh makna, menggali akar sejarah, spiritualitas, dan jati diri bangsa. Ini sebuah pengingat sunyi namun kuat, bahwa kita—sebagai anak-anak Nusantara—telah terlalu lama berpa...

Diskusi Alam | Sharing #17

Adakah satu saja langkah dalam perjalanan panjang dan berbelok ini, antara aksi dan reaksi perihal kepastian? Yang mana tidak melakukan aksi, hanya menunggu reaksi tanpa kita proses mekanismenya? Kurasa tidak ada, bahkan proses keajaiban pun memerlukan prosesi yang sangat panjang, tak lain proses sebab akibat yang ditimbulkan si penerima keajaiban. Ditempatku duduk sekarang ini, tepat di tepian pantai pukul 20.30 waktu setempat, ada keajaiban jiwa yang sangat kontras ketimbang saat menyeruput kopi di penginapan tadi. Ombakpun seolah membuka diskusi dengan suara gemuruhnya. Sang ombak membuka pernyataan melalui aksi reaksi ditepian pantainya yang saling mencumbui hingga bibir pantai, sang angin menambahkan melalui kelembutan terpaan yang ditimbulkannya, bahkan tuan langit tidak ingin ketinggalan dengan diskusi menarik ini, sang langitlah yang paling mendominasi diantara yang lainnya. Gulita adalah pernyataannya, yang mempengaruhi aksi reaksi yang ditimbulkan alam, pernyataan paling komp...

Jaringan Makna | Sharing #18

    Bagian favorit dalam buku Homo Deus Masa Depan Umat Manusia  "Jaringan Makna"  halaman 165. Dan, ...      Orang kesulitan memahami ide tentang "tatanan yang diimajinasikan" karena mereka berasumsi bahwa hanya ada dua jenis realitas: realitas objektif dan realitas subjektif. Dalam realitas objektif sesuatu ada secara independen dari keyakinan dan perasaan kita. Gravitasi, misalnya, adalah sebuah realitas objektif. Ia ada jauh sebelum Newton, dan ia berdampak pada orang-orang yang mempercayainya.      Sebaliknya, realitas subjektif bergantung pada keyakinan dan perasaan personal saya. Misalnya, saya merasakan nyeri yang hebat di kepala dan pergi ke dokter. Dokter memeriksa saya dengan teliti, tetapi tak menemukan masalah apa pun. Maka, dia mengirim saya untuk tes darah, air seni, DNA, X-ray, electrocardiogram, scan fMRI dan banyak lagi prosedur lainnya. Ketika hasilnya datang, dia memberitahu bahwa saya sehat sempurna, dan saya bisa...