Langsung ke konten utama

Kebobrokan Moralitas | Sharing #13

Hallo, selamat berlibur ria, dan selamat berkumpul dengan keluarga tercinta. Alangkah indahnya apabila di hari ini kita tebarkan kebaikan pada sesama, setidaknya dengan senyuman yang muncul tulus dari hati terdalam.

Sadarkah kalian para pembaca terkasihku, dunia ini dipenuhi orang-orang yang moralnya morat-marit, dia seakan terbirit-birit mengejar yang belum tentu pasti. Serasa segala yang dipunya belum terpenuhi, kebutuhan belum tercukupi, hingga pada akhirnya mencari cara untuk menginstantkan untuk dapat uang lebih. Sudah mengenakah apa yang kumaksud? Aku harap begitu.

Suap-menyuap turut andil disegala bidang. Korup terkecil hingga yang paling merugikan orang banyak, hal ini dianggap lumrah oleh society karena saking banyaknya kasus serupa dari generasi ke generasi ditemukan dan dikemukakan. Bahkan para pelaku besar dengan percaya dirinya mereka melambai-lambaikan tangannya dihadapan lensa media. Mereka menganggap didrinya keren? Yap, mereka bangga dengan kesalahannya, mungkin lebih menutupi agar terlihat tegar. Apapun alasannya aku tidak tahu apa yang terbesit dikepala mereka saat itu.

Kehidupan tak pernah berakhir, selagi masih bisa bertahan hidup. Apa jadinya jikalau ditempat kita kerja atau di tempat kita menimba ilmu kita dihadapkan pada kasus tersebut, padahal tidak terbesit sedikitpun untuk ikut serta didalamnya. Korup secara tidak langsung, uang tutup mulut umapanya, atau mungkin menyelipkan sedikit uang kembalian orangtua disaat diperintah untuk berbelanja. Sudah tertanam sejak dini hal semacam ini kita lakukan, termasuk diriku sendiri. Sering sekali aku menyelipkan uang sisa kembalian belanjaan orangtuaku. Lucunya adalah hasil korup tersebut akan dan untuk ditabungkan dikelas sekolah dasarku dulu. Sedari dini saja hal semacam ini terbiasa dilakukan. Semoga Arief kecil lekas bertobat dan menyadarinya bahwa hal semacam ini akan berdampak besar dikehidupanya kelak. 

Aku kira 7,5 miliar penduduk dimuka bumi ini hanya sebagian kecil saja yang masuk kedalam kategori orang-orang korup, karena aku percaya pada hakikatnya manusia itu suci/fitrah. Perjalanan dan pengalamanlah yang merubahnya, apalagi kesempatan terbuka luas untuk para pelakunya.

Semoga kita semua, kamu yang membaca ini tetap istiqamah didalam kejujuran, kalaupun kejujuran itu menyakitkan, iya seperti halnya cinta-percintaan. Akan lebih baik jujur walaupun itu sakit, karena orang pintar dengan nilai akademiknya melambung akan tak tergantikan oleh orang jujur. Seperti halnya Frank Serpico yang tetap teguh untuk menjalankan tugasnya tetapi dihadapkan pada lingkungan kerja yang korup.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Simbolik Merubah Daya Nalar / Manipulator Estetika

     "Enam tahun berlalu, dan rasanya seperti dua kehidupan yang berbeda." Nggak nyangka juga, akhirnya nulis lagi di blog ini—yang entah bagaimana masih bertahan meski pemiliknya sibuk survive dan belajar jadi manusia. Dalam enam tahun terakhir, karier naik turun kayak roller coaster, dan perjalanan batin? hhmm... sangat mengesankan. Tapi justru dari situ semua, banyak hal tumbuh… pelan-pelan, dalam diam, tapi nyata. Jadi, tulisan ini semacam sapaan hangat dari versi diriku yang sekarang—lebih lelah, tapi juga lebih paham arah.       Ada getaran batin ketika meng-klik thumbnail salah satu video yang baru saja ku tonton. Itulah yang aku rasakan saat menonton yang entah kenapa, hadir di waktu yang begitu tepat. Bukan tayangan viral atau konten sensasi. Tapi sebuah suguhan yang penuh makna, menggali akar sejarah, spiritualitas, dan jati diri bangsa. Ini sebuah pengingat sunyi namun kuat, bahwa kita—sebagai anak-anak Nusantara—telah terlalu lama berpa...

Diskusi Alam | Sharing #17

Adakah satu saja langkah dalam perjalanan panjang dan berbelok ini, antara aksi dan reaksi perihal kepastian? Yang mana tidak melakukan aksi, hanya menunggu reaksi tanpa kita proses mekanismenya? Kurasa tidak ada, bahkan proses keajaiban pun memerlukan prosesi yang sangat panjang, tak lain proses sebab akibat yang ditimbulkan si penerima keajaiban. Ditempatku duduk sekarang ini, tepat di tepian pantai pukul 20.30 waktu setempat, ada keajaiban jiwa yang sangat kontras ketimbang saat menyeruput kopi di penginapan tadi. Ombakpun seolah membuka diskusi dengan suara gemuruhnya. Sang ombak membuka pernyataan melalui aksi reaksi ditepian pantainya yang saling mencumbui hingga bibir pantai, sang angin menambahkan melalui kelembutan terpaan yang ditimbulkannya, bahkan tuan langit tidak ingin ketinggalan dengan diskusi menarik ini, sang langitlah yang paling mendominasi diantara yang lainnya. Gulita adalah pernyataannya, yang mempengaruhi aksi reaksi yang ditimbulkan alam, pernyataan paling komp...

Jaringan Makna | Sharing #18

    Bagian favorit dalam buku Homo Deus Masa Depan Umat Manusia  "Jaringan Makna"  halaman 165. Dan, ...      Orang kesulitan memahami ide tentang "tatanan yang diimajinasikan" karena mereka berasumsi bahwa hanya ada dua jenis realitas: realitas objektif dan realitas subjektif. Dalam realitas objektif sesuatu ada secara independen dari keyakinan dan perasaan kita. Gravitasi, misalnya, adalah sebuah realitas objektif. Ia ada jauh sebelum Newton, dan ia berdampak pada orang-orang yang mempercayainya.      Sebaliknya, realitas subjektif bergantung pada keyakinan dan perasaan personal saya. Misalnya, saya merasakan nyeri yang hebat di kepala dan pergi ke dokter. Dokter memeriksa saya dengan teliti, tetapi tak menemukan masalah apa pun. Maka, dia mengirim saya untuk tes darah, air seni, DNA, X-ray, electrocardiogram, scan fMRI dan banyak lagi prosedur lainnya. Ketika hasilnya datang, dia memberitahu bahwa saya sehat sempurna, dan saya bisa...